WELCOME TO MY SITE

Minggu, 02 Januari 2011

PILKADA ATAU MILIH KADAL

Saya tidak habis pikir kenapa setiap PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) selalu kisruh dan bermasalah padahal Pilkada memerlukan anggaran yang mahal. Belum lagi kalau ada putaran kedua dan kerusuhan tindakan anarkis dan pengrusakan fasilitas-fasilitas umum oleh pendukung karena kandidatnya tidak lolos.

Yang lebih ironi dan bikin mangkel lagi artis-artis "begituan" pada ikutan-ikutan dan diajukan menjadi kandidat oleh Parpol. Masaallah.... Hanya dengan modal ketenaran dan uang doang orang bisa dengan mudah menjadi kandidat Walikota/Gubernur dgn berbagai track record (baik atau buruk). Kenapa sistem Pilkada enak banget begitu ya..? Kalau buat saya sory sory aja jack untuk memilih..!

Apa hasil Pilkada? Cuma menghambur-hamburkan anggaran negara dan menciptakan koruptor baru saja. Bagaimana gk menciptakan koruptor baru, lah wong mau jadi Kepala Daerah saja harus mengeluarkan duit ratusan milyar. Pasti nantinya kadal-kadal itu mau uangnya kembali lagi istilahnya balik modal. Sangat jelas peluang untuk korupsi pasti ada.

Apakah hanya dan biar di katakan Negara Demokrasi? Sehingga Pemerintah memaksakan diri harus ada Pilkada meski belum tentu bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Menurut saya ini adalah pemborosan sedangkan masih banyak rakyat yang hidupnya masih kembang-kempis butuh biaya hidup yang makin mahal.

Sampai-sampai Presiden SBY memaksakan Jogja untuk Pilkada dan menyebutkan istilah "monarki" yang memicu kontroversi. Seakan-akan Presiden telah melupakan sejarah dan membuat warga Jogja tersinggung.

Bukan karena Indonesia belum siap menjadi Negara Demokrasi, tetapi menurut saya Demokrasinya harus disesuaikan dengan kultur budaya kita. Demokrasi yang bukan adopsi langsung dari luar, dan Demokrasi karena adanya tekanan atau pesanan dari Cecunguk Amerika yang sudah jelas jelas telah mengeruk kekayaan Negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dan kritisi, terimakasih...